Posts filed under ‘bisnis organik’

Bisnis Melilea

Bisnis melilea

Bisnis Melilea bergerak dalam bidang makanan organik

Saat ini orang menyadari adanya peningkatan jumlah dan jenis makanan organik yang tersedia di pusat-pusat perbelanjaan bahan makanan. Salah satu jenis makanan sehat yang disebut sebagai makanan organik telah menyebar luas dari sangat eksklusif dan jarang menjadi mudah ditemui di pasaran.

Mungkin timbul pertanyaan dalam dirimu apa sih makanan organik? Apakah itu makanan yang sehat? Apakah aman untuk dikonsumsi? Apakah mereka cukup memberi keuntungan dengan uang tambahan yang kita keluarkan dengan harga yang relatif mahal dibanding makanan biasa? Lalu bagaimanakah rasanya?

Makanan organik adalah sejenis makanan yang saat masa pertumbuhannya tidak menggunakan bahan-bahan seperti: pestisida, herbisida, antibiotik, bioengineering, hormon, radiasi ionisasi, dan bahan penyubur tanaman yang terbuat dari kandungan sintetis. Makanan organik yang berasal dari hewan seperti daging merah, telur, dan makanan tanpa lemak adalah makanan yang berasal dari hewan yang bahan makanannya 100 persen makanan organik. Tidak pernah disuntik antibiotik atau makanan penyubur dan dibiarkan tumbuh normal dan bisa berhubungan dengan lingkungan luar.

Jika sebuah produk berlabel organik, hal ini berarti pemerintah telah memberi sertifikat setelah melakukan tinjauan pada lahan pertanian tempat produk diproduksi. Para petani yang memproduksi makanan organik menggunakan sumber-sumber yang terdaur ulang yang menjaga kesuburan tanah dan ketersediaan air untuk generasi mendatang.

Makanan organik pun ada berbagai macam:
– Berlabel ”100 persen organik”, makanan yang mengandung seluruh bahan organik.
– Berlabel ”Organik”, makanan yang paling tidak mengandung 95 persen kandungan organik.
– Berlabel ”Terbuat dari bahan organik”, biasanya terdiri atas 70 persen bahan-bahan organik.

Istilah lain yang sering kita dengar berhubungan dengan makanan alami atau organik adalah sustainable (berkelanjutan). Istilah ini mendorong konsumsi makanan lokal yang proses perkembangannya secara tradisional yang ada di dekat kita dengan teknik yang tidak merusak lingkungan, berdasarkan musim dan menjaga lahan agrikultural. Makanan organik dan sustainable tak selamanya memiliki arti sama. Sebagai contoh, tomat organik mungkin saja tak termasuk makanan sustainable jika didatangkan dari luar negeri ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut. Dan, di sisi lain, bahan makanan yang berasal dari lokal dan diolah dengan sustainable belum tentu ditumbuhkembangkan secara organik.

9 Mei 2008 at 5:59 am Tinggalkan komentar

Makan Organik …

Makan Siang di Kafe Organik

Makan makanan organik kini banyak yang cari dan peminatnya. Makan makanan organik dapat menjaga kesehatan. Makan makanan organik di kafe organik emang mengasyikkan. Makan makanan organik kini jadi tren. Secara makan makanan organik selain aman dan menyehatkan juga dapat di jadikan pengobatan alami. Makan makanan organik dapat dijadikan cara diet yang sehat.

JIKA Anda kebetulan singgah di kota New York, sempatkanlah belanja oleh-oleh camilan (snacks) organik dan bebas unsur transgenik di Whole Foods Market (kafe organik) di mal The Shops yang terletak di Columbus Circle.

Anda juga dapat sarapan, makan-makan siang organik, atau makan -makan malam organik di kafe yang organik. Anda tinggal pilih sendiri sup, salad, roti, atau lainnya, lalu timbang di kasir. Agak mahal memang, per ounce 6,75 dollar AS, tapi dijamin buah dan sayur yang menjadi bahan bakunya dari tanaman organik dan nontransgenik. Daging pun dari ternak yand ada pun dijamin organik yang dipelihara secara alami dan tidak diberi pakan kedelai atau jagung transgenik.

SIANG itu saya sempatkan makan-makan siang organik di kafe Whole Foods Market (di kafe organik) bersama Stephanie Vondras, seorang sahabat yang pernah tinggal beberapa tahun di Jakarta dan sempat mengajar saya di Aminef perihal bagaimana berurusan dengan bank di Amerika. Saya jadi teringat dengan buku berjudul Dinner at the New Gene Café: How Genetic Engineering is Changing What We Eat, How We Live, and the Global Politics of Food (2002) yang ditulis wartawan Bill Lambrecht yang pernah saya temukan di Toko Buku QB, Jalan Sunda, Jakarta.

Makan-makan di Whole Foods Market (makan-makan di kafe organik) justru sama sekali bertolak belakang dengan makan di “New Gene Café” yang dikiaskan Lambrecht. Sebagai wartawan, Lambrecht prihatin dengan ketidakberdayaan masyarakat Amerika dalam memilih makanan karena Pemerintah AS tidak mewajibkan pelabelan makanan dari organisme dimodifikasi secara genetik (genetically modified organism/ GMO) dalam kemasan makanan hasil proses. Padahal menurut pengakuan Gene Grabowski, Wakil Presiden Grocery Manufacturers of America (GMA) kepada Lambrecht, 70 persen makanan olahan di Amerika mungkin telah mengandung unsur GMO.

“Orang-orang Amerika Utara tak menyadari betapa dalam teknologi ini telah masuk ke dalam lemari makan-makan mereka. Pengujian yang dilakukan kelompok-kelompok konsumen menunjukkan makanan dengan DNA yang sudah diutak-atik ini ada dalam sereal sarapan, chip jagung dan tortilla, minuman diet, burger kedelai, susu cokelat bubuk, dan kulit taco. Diet GMO itu sudah dimulai untuk konsumsi bayi karena setidaknya ada dalam tiga jenis makanan bayi,” tulis Lambrecht dalam bukunya itu.

Adakah kemunculan supermarket makan-makan makanan organik seperti Whole Foods Market merupakan perlawanan terhadap membanjirnya makan makanan GMO atau transgenik?

Sangat mungkin karena sejak pertama kali dibuka di sebuah toko kecil di Austin, Texas, pada tahun 1980, Whole Foods Market (kafe makanan organik) kini menjadi pengecer makanan alami dan organik terbesar di dunia dengan 167 toko di AS, Kanada, dan Inggris.

Menurut Jean Vondras, ibu Stephanie yang kini tinggal bergantian di Denver, Colorado, maupun Phoenix, Arizona, toko grocery semacam Whole Foods Market jumlahnya makin banyak di Amerika, termasuk tak jauh dari kedua rumahnya.

DALAM situs wholefoods.com kita dapat menjumpai penjelasan soal makanan GMO. Tertulis di dalamnya, “Whole Foods Market (kafe makan makanan organik) menyediakan pilihan bagi konsumen yang lebih suka makan makanan organik yang tidak berasal dari biji-biji yang direkayasa secara genetik (genetically engineered/GE).

Rekayasa genetika atau bioteknologi adalah seperangkat teknik ilmiah yang dipakai untuk mengubah komposisi genetik sel-sel hidup, yang menghasilkan organisme-organisme baru dengan sifat-sifat yang tidak sama dengan yang terdapat di alam atau yang diperoleh lewat teknik-teknik pemuliaan tanaman tradisional.

Menggunakan rekayasa genetika, para ilmuwan dapat memanipulasi dan memasukkan gen dari spesies lain (virus, hewan, atau tanaman) ke dalam tanaman, menghasilkan tanaman GE yang juga dikenal sebagai GMO. Pada tahun 2004, jagung, kedelai, tomat, kentang, beras, pepaya, jagung, canola, kentang manis, dan biji beet penghasil gula GE ditanam para petani Amerika dan dijual untuk konsumsi manusia.”

Masih menurut situs Whole Foods Market, perekayasaan secara genetis bahan makan-makanan telah menimbulkan isu yang kompleks dan sulit. Banyak ahli (yang pro-GMO) yakin bahwa ada potensi tak terbatas dalam bioteknologi pertanian dapat untuk mengurangi penggunaan pestisida, mengurangi kelaparan, dan menghasilkan makan makanan yang lebih bergizi. Namun, sebagian ahli lain masih dibutuhkan waktu lebih banyak sebelum GMO dipasarkan karena analisis manfaat/risiko yang akurat belum cukup tersedia, sementara sistem regulasi dari pemerintah juga amat tak memadai. Dibutuhkan riset mendalam yang netral dan tidak ada konflik kepentingan dengan pihak industri bioteknologi.

Apa saja risiko potensial GMO?

Di antaranya adalah alergi dan adanya gen kebal antibiotik. Bagi lingkungan GMO dikhawatirkan dapat memacu berkembangnya serangga dan gulma yang makin ganas. Selain itu, sudah terbukti terjadi penekanan terhadap keanekaragaman hayati di alam.

Belum lagi alasan ekonomi, yaitu terjadinya monopoli biji oleh perusahaan-perusahaan multinasional, seperti Monsanto, yang akhirnya membuat pertanian di negara sedang berkembang amat bergantung pada ekonomi kapitalisme. Monsanto, yang coba masuk ke Indonesia lewat tanaman kapas transgenik Bt (mengandung gen racun bakteri Bacillus thuringiensis yang dapat mematikan jenis serangga tertentu) di Sulawesi Selatan, terbukti gagal dan malah meninggalkan skandal penyuapan miliaran rupiah terhadap para pejabat. Padahal sebenarnya kapas (yang tidak untuk dimakan) hanyalah pembuka jalan untuk produk Monsanto yang lain, yaitu kedelai dan jagung, yang konon kini sedang diuji di lapangan.

WHOLE Foods Market sendiri dalam jepitan kontroversi GMO ini akhirnya bersikap netral. Ia memasarkan produk- produk dengan label “Made with NO Genetically Engineered Ingredients (GEI)” seperti tortilla chips jagung produksi Garden of Eating’ (lihat foto), tetapi Whole Foods Market sendiri tidak melakukan pelabelan bebas GMO. Mengapa? “Meskipun beberapa perusahaan telah memilih untuk melabel produk mereka sebagai ’GMO- Free’, Whole Foods Market yakin bahwa melabel produk-produk di toko-toko kami akan misleading bagi konsumen kami. Alasan kami karena di alam terjadi kontaminasi serbuk sari dari tanaman GMO ke tanaman non-GMO, baik dibawa oleh angin ataupun oleh serangga, sehingga di AS kini sangat sedikit makan makanan yang benar-benar GE-free atau GMO-free,” demikian penjelasan situs itu.

Tak urung di toko seperti Whole Foods Market kita tak dapat menjumpai merek-merek chips atau snack yang kemungkinan besar mengandung jagung GMO seperti Doritos. Juga tak ada Diet Coke. Menurut pengakuan Bruce Simon, Associate Store Team Leader Whole Foods Market, “Di toko kami ada banyak produk yang masuk dalam daftar negatif, termasuk Coca-Cola Diet yang mengandung pemanis buatan dari bahan GMO.”

Perusahaan makan-makanan Hain Celestial, yang di antaranya memproduksi snack bermerek Garden of Eatin’, ternyata masih punya puluhan merek lain di dalam grupnya, beberapa di antaranya secara tegas menyatakan GEI Free, seperti merek Earth’s Best Organic, Bearitos, dan Hain Pure Snax. Bahkan Earth’s Best dalam situsnya mendeklarasikan sejak 1 Januari 2001 merupakan makanan bayi organik pertama yang tak mengandung GEI dan mereka berani memasang label.

Tidak seperti Whole Foods Market yang cenderung konformis, perusahaan Hain Celestial bersikap lebih tegas, “Kami percaya orangtua dan konsumen memiliki hak atas informasi, karenanya kami memasang label bahwa produk-produk kami tak mengandung GEI. Menurut majalah Time bulan Januari 1999, lebih dari 80 persen konsumen ingin melihat makanan ber-GMO dilabel.”

Menarik mengamati perkembangan dialektika soal transgenik di Amerika. Jika Gene Grabowski dalam kalimat pertama di buku Dinner at New Gene Café menyatakan bahwa makanan GMO adalah bagian dari kehidupan Amerika, ternyata di negeri adidaya itu mulai terjadi perlawanan. Mungkin masih dalam skala kecil, tetapi tak mustahil gaungnya akan membesar. Ini tak lepas dari ulah arogan dan serakah yang dibuat oleh perusahaan raksasa seperti Monsanto yang menimbulkan kemuakan di dalam maupun luar negeri. Tak terkecuali di Indonesia. (Irwan Julianto)

Makan-makan makanan organik banyak manfaatnya. Makan-makan makanan organik sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Silakan anda mencoba makan-makan dengan makanan organik.

Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

11 September 2007 at 11:34 pm Tinggalkan komentar

Older Posts




kantor cabang negara melilea

kantor alamat melilea

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

melilea,alamat melilea,melilea greenfield organik,greenfield organic,susu soya,agen distributor melilea,daftar harga melilea,botanical skin care,qinergy,artikel kesehatan,makanan kesehatan,makanan organik,juice apple orchard,tentang kesehatan,hidup sehat,penyembuh penyakit,naturapati

 melilea greenfield organik

melilea susu soya

Sumatera Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam Medan, Sumatera Utara Padang, Sumatera Barat Pekanbaru, Riau Tanjung Pinang, Kepulauan Riau Jambi, Jambi Palembang, Sumatera Selatan Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu, Bengkulu Bandar Lampung, Lampung Jawa Serang, Banten Jakarta, DKI Jakarta Raya Bandung, Jawa Barat Semarang, Jawa Tengah Yogyakarta, DI Yogyakarta Surabaya, Jawa Timur Nusa Tenggara Denpasar, Bali Mataram, Nusa Tenggara Barat Kupang, Nusa Tenggara Timur Kalimantan Pontianak, Kalimantan Barat Palangka Raya, Kalimantan Tengah Banjarmasin, Kalimanan Selatan Samarinda, Kalimantan Timur Sulawesi Manado, Sulawesi Utara Gorontalo, Gorontalo Palu, Sulawesi Tengah Mamuju, Sulawesi Barat Makassar, Sulawesi Selatan Kendari, Sulawesi Tenggara Maluku Ambon, Maluku Ternate, Maluku Utara Papua Manokwari, Papua Barat Jayapura, Papua Timur Timika, Papua Tengah